Rabu, 26 November 2008

6 MINUTE WALK TEST

Definisi dan Tujuan
6 Minute Walk Test (6 MWT) merupakan tes yang sederhana dan praktis, yang membutuhkan jarak 100 ft (kira-kira 30 m) tanpa peralatan latihan atau pelatihan mahir bagi seorang teknisi. Tes ini bertujuan untuk mengukur jarak dimana pasien dapat berjalan secepat mungkin pada permukaan datar dan keras dalam waktu 6 menit. Disamping itu tes ini mampu mengevaluasi berbagai sistem tubuh yang terlibat selama latihan yang meliputi sistem pulmoner, sistem kardiovaskuler, sirkulasi sistemik, sirkulasi perifer, darah, unit neuromuskuler dan metabolisme otot. Pemeriksaan ini bisa mencerminkan tingkat kapasitas fungsional yang lebih baik dari aktivitas fisik.
Tes ini telah menjadi alat evaluasi standar pada awal program rehabilitasi untuk mengkaji kapasitas latihan dan mengatur porsi latihan. Tes ini menjadi penentu hasil dari program pengkondisian fisik dan telah digunakan sebagai bagian seleksi kriteria pasien yang mendapat transplantasi paru.


Prosedur Tindakan

1. Pengkajian

Sebelum dilaksanakannya tindakan ini, perlu terlebih dahulu dilakukan pengkajian. Pengkajian di tujukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan 6MWT, indikasi dan kontra indikasi dari tindakan 6MWT. Faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan 6MWT adalah:
a. Faktor-faktor yang berhubungan dengan jarak berjalan 6 menit lebih pendek:
- TB lebih pendek (tungkai lebih pendek)
- Usia tua
- BB lebih berat
- Jenis kelamin perempuan
- Sadar terganggu
- Koridor berjalan lebih pendek (banyak berbelok)
- COPD, asma, Kistik fibrosis,penyakit intersisielparu
- Angina, infark myokardial, CHF, stroke. Transient iskemik attack, penyakit pembuluh darah perifer
- Indek tangan-tumir
b. Faktor-faktor yang berhubungan dengan jarak berjalan 6 menit lebih panjang :
- Berbadan tinggi (tungkai lebih panjang)
- Jenis kelamin laki-laki
- Bermotivasi tinggi
- Pasien sebelumnya menjalani tes
- Medikasi sebelum tes
- Sumplemen oksigen
Indikasi dari dilakukannya tindakan 6 MWT adalah :
a. perbandingan penanganan sebelum da sesudah :
- transplantasi paru atau reseksi paru
- Pembedahan reduksi volume paru
- Rehabilitasi paru
- Terapi obat untuk COPD
- Hipertensi pulmoner
- Gagal Jantung
b. Mengukur status fungsional :
- COPD
- Cystic fibrosis
- Gagal Jantung
- Penyakit pembuluh darah perfifer
- Pada pasien-pasien usia lanjut
c. Memperkirakan lama dirawat dan kematian :
- dari gagal jantung
- COPD atau
- Hipertensi pulmoner
Sementara itu untuk kontraindikasi terdiri dari dua hal. Pertama adalah bersifat mutlak meliputi angina unstabil dan infark miocard selama bulan yang lalu. Kontraindikasi relatif meliputi denyut jantung istirahat lebih dari 120 x/mnt, tekanan darah sistole lebih dari 180 mmHg dan tekanan darah diastole lebih dari 120 mmHg. Pasien dengan temuan seperti ini harus dirujuk ke dokter yang menangani atau mengawasi tes untuk penilaia klinis individu dan keputusan tentang dilakukannya test. Hasil EKG 6 bulan yang lalu juga dievaluasi sebelum tes. Angina stabil akibat pengerahan tenaga bukanlah kontraindikasi untuk 6 MWT, tetapi pasien dengan simptom seperti ini harus melakukan tes setelah menggunakan obat antiangina dan obat nitrat penyelamat harus siap tersedia

2. Persiapan Pelaksanaan

a. Persiapan Alat
- Stopwacth
- Penghitung lintasan mekanik
- Dua kerucut untuk menandai batas untuk berputar
- Kursi yang bisa dengan mudah dipindah sepanjang jalan
- Lembar catatan
- Tabung oksigen
- Sphygmomanometer
- Telepon
- Defibrilator
b. Persiapan Pasien
- Menganjurkan pasien memakai pakaian yang nyaman
- Menganjurkan pasien menggunakan sepatu yang sesuai
- Menganjurkan pasien menggunakan alat bantu jalan biasanya selama tes misalnya tongkat, walker
- Obat-obatan tetap dilanjutkan
- Makanan ringan diperbolehkan seebelum tes pagi atau sore
- Pasien tidak diperkenankan latihan berlebihan dalam 2 jam pada permulaan tes
c. Pelaksanaan Tindakan
- Mengulangi tes harus dilakukan pada waktu yang sama tiap hari untuk meminimalkan variasi
- Periode pemanasan sebelum tes tidak diperlukan
- Pasien harus duduk istirahat di kursi, dekat posisi start minimal selama 10 menit sebelum tes dimulai. Selama waktu tersebut, periksa kontraindikasi, hitung nadi dan ukur tekanan darah, dan pastikan pakaian dan sepatu yang sesuai dan nyaman. Isi bagian awal lembar catatan (lihat lampiran 2)
- Jika dilakukan oksimetri nadi (boleh dilakukan boleh tidak), ukur dan catat batas denyut jantung (HR) dan saturasi oksigen (SpO2) dan ikuti instruksi dari pabrikan untuk meminimalkan sinyal dan meminimalkan barang-barang bergerak. Pastikan pembacaan stabil sebelum pencatatan. Catat regularitas nadi dan apakah kualitas sinyak oksimetri dapat diterima.
Rasional pengukuran saturasi oksigen adalah bahwa walaupun jarak merupakan ukuran hasil utama, perbaikan selama evaluasi berseri mungkin jelas dengan peningkatan jarak atau dengan berkurangnya tanda-tanda dengan jarak jalan yang sama. SpO2 tidak bisa digunakan selama latihan. Teknisi harus tidak berjalan dengan pasien untuk mengobservasi SpO2. Jika dipakai selama latihan, oksimetri nadi harus ringan (kurang dari 2 pound), menggunakan batere, dilekatkan pada bagian tubuh (misal : daerah bokong) sehingga pasien tidak harus memegangnya sehingga tidak mengganggu langkah pasien.
- Minta pasien berdiri dan hitung dispneu dan keletihan pasien dengan skala Borg (lihat lampiran 1)
- Atur penghitung lintasan pada angka nol dan penghitung waktu 6 menit. Pasang semua peralatan (penghitung lintasan, penghitung waktu, papan, skala Borg, lembar catatan) dan pindahlah ke tempat star
- Perintahkan pasien sbb:
“Tujuan dari tes ini adalah berjalan sejauh-jauhnya selama 6 menit. Anda akan berjalan bolak balik di jalan ini. 6 menit adalah waktu yang lama bagi Anda untuk berjalan, sehigga Anda harus memaksa diri Anda. Anda mungkin akan kehabisan nafas dan kelelahan. Anda diperbolehkan untuk pelan-pelan, berhenti dan istirahat jika perlu. Anda boleh bersandar pada dinding selama isstirahat, tetapi kembali berjalan secepat yang Anda mampu. Anda akan berjalan bolak balik disekitar kerucut. Anda harus berjalan cepat memutari kerucut dan melanjutkan ke sisi lain tanpa ragu-ragu. Sekarang saya akan menunjukkan pada Anda. Tolong lihat cara saya berbelok tanpa ragu-ragu. Demonstrasikan 1 lintasan. Berjalanlah dan putari kerucut dengan cepat. “Anda siap? Saya akan menggunkaan penghitung waktu untuk menghitung jumlah lintasan yang Anda tempuh. Saya akan klik tombol saat Anda berpitar pada garis star. Ingat bahwa tujuan berjalan adalah sejauh munkgin selama 6 menit, tapi jangan berlari. Mulai sekarang, atau kapanpun Anda siap”
- Posisikan pasien pada garis star. Kamu juga harus berdiri dekat garis star selama tes. Jangan berjalan dengan pasien. Segera setelah pasein berjalan, mulai hitung waktu.
- Jangan berbicara dengan seorangpun selama berjalan. Gunakan suara keras saat memberi dorongan. Perhatikan pasien. Hindari hilang perhatian dan kehilangan hitungan lintasan. Setiap pasien kembali ke garis star, klik penghitung lintasan sekali (atau tandai lintasan pada lembar catatan). Biarkan peserta melihat yang kamu lakukan. Lakukan klik dengan body language, seperti menggunakan stopwacth pada balapan.
Setelah menit pertama, beritahu pasien (dengan tekanan) “Anda melakukan dengan baik. Waktu Anda tingga 5 menit.”
Saat waktu tinggal 4 menit, beritahu pasien “Pertahankan kerja bagus Anda. Waktu Anda 4 menit lag.”
Saat tinggal 3 menit lagi, katakan pasien “Kerja bagus. Anda sudah separuh jalan.”
Saat tinggal 2 menit, katakan “pertahankan. Waktu 2 menit lagi”
Saat kurang 1 menit lagi, Katakan Anda melakukannya dengan baik. Waktu tinggal 1 menit lagi.
Jangan gunakan kata-kata lain untuk memberikan dorongan (atau body language untuk mempercepat)
Jika pasien berhenti berjalan selama tes dan butuh istirahat, katakan: “Anda bisa bersandar di dinding jika Anda tidak akan menghentikan tes. Jika pasien berhenti sebelum menit ke 6 selesai dan menolak melanjutkan (atau Kamu memutuskan bahwa mereka tidak dapat melanjutkan), Bawa kursi ke dekat pasien untuk duduk, hentikan berjalan dan catat pada lembar catatan jarak, waktu berhenti dan alasan berhenti sebelum selesai.
Jika waktu 15 detik mendekati selesai, katakan: “sekarang saya akan katakan untuk berhenti. Berhentilah segera dimana saja Anda dan saya akan datang kepada anda.
Saat alarm berbunyi, katakan “berhenti!”, berjalanlah ke arah pasien. Bawalah kursi jika pasien tampak lelah. Tandai titik ditempat mereka berhenti dengan meletakkan pita pada lantai.
- Post-tes: Catat tingkat dispneu dan keletihan paska berjalan dan tanyalah: “Apakah yang menyebabkan Anda Berjalan lebih jauh?”
- Jika menggunakan oksimeter, ukur SPO2 dan denyut nadi dari oksimetri dan kemudian lepas sensor.
- Catat jumlah lintasan (Tandai tebal pada labar catatan)
- Catat jarak tambahan yang ditempuh (jumlah meter pada lintasan tambahan). Kalkulasi total jarak berjalan, dan catat pada lembar cacatan.
- Beri ucapan selamat pada pasien atas upaya yang bagus dan tawarkan air minum.

3. Evaluasi
Kebanyakan 6MWT dilakukan sebelum dan sesudah intervensi. Pertanyaan utamanya adalah apakah pasien telah mengalami perbaikan signifikan secara klinis.
Peningkatan rata-rata signifikan dalam 6MWT secara statistik ditemukan pada pasien COPD dari sejumlah 112 pasien, 95 % perbaikannya signifikan. Sementara pada 45 pasien lansia dengan gagal jantung hasilnya cenderung memburuk.
Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah dalam 6MWT adalah:
a. Total jarak berjalan
b. Dispneu dan fatigue diukur dengan skala analog visual dan Borg (lihat lampiran 1)
c. Saturasi oksigen dapat dilakukan dengan oksimetri nadi


Daftar Pustaka

Enright, Paul L., 2003, The Six-Minute Walk Test, Respiratory Care: 783–785, Daedalus Enterprises

Sclafani, Janet C., 2000, Pulmonaryfunction Testing: The Six-Minute Walk Test, Aarc Times

www.atsjournals.org, 2002, ATS Statement: Guidelines for the Six-Minute Walk Test, American Thoracic Society



Lampiran.1


THE BORG SCALE

0 Nothing at all
0.5 Very, very slight (just noticeable)
1 Very slight
2 Slight (light)
3 Moderate
4 Somewhat severe
5 Severe (heavy)
6
7 Very severe
8
9
10 Very, very severe (maximal)

This Borg scale should be printed on heavy paper (11 inches high and perhaps laminated) in 20-point type size. At the beginning of the 6-minute exercise, show the scale to the patient and ask the patient this: “Please grade your level of shortness of breath using this scale.” Then ask this: “Please grade your level of fatigue using this scale.”

At the end of the exercise, remind the patient of the breathing number that they
chose before the exercise and ask the patient to grade their breathing level again. Then ask the patient to grade their level of fatigue, after reminding them of their grade before the exercise.

Lampiran 2EVALUATION

The following elements should be present on the 6MWT worksheet and report:
Lap counter: __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __
Patient name: ____________________ Patient ID# ___________
Walk # ______ Tech ID: _________ Date: __________
Gender: M F Age: ____ Race: ____ Height: ___ft ____in, ____ meters
Weight: ______ lbs, _____kg Blood pressure: _____ / _____
Medications taken before the test (dose and time): __________________
Supplemental oxygen during the test: No Yes, flow ______ L/min, type _____
Baseline End of Test
Time ___:___ ___:___
Heart Rate _____ _____
Dyspnea ____ ____ (Borg scale)
Fatigue ____ ____ (Borg scale)
SpO2 ____ % ____%
Stopped or paused before 6 minutes? No Yes, reason: _______________
Other symptoms at end of exercise: angina dizziness hip, leg, or calf pain
Number of laps: ____ (_60 meters) _ final partial lap: _____ meters _
Total distance walked in 6 minutes: ______ meters
Predicted distance: _____ meters Percent predicted: _____%
Tech comments:




disususn oleh kelompok I
( prog S2 KMB Universitas Indonesia Angkatan 2008 )

therapi oksigen (sebuah kenyataan tentang wewenang perawat yang diambil alih profesi lain )

Definisi
Therapi oksigena adalah pemberian terapi oksigen dengan konsentrasi lebih dari udara luar untuk mengatasi atau mencegah gejala dan tanda hypoxia.
Oxygen dapat diklasifikasikan meliputi elemen gas dan obat. Terapi oksigen adalah pemberian konsentrasi oksigen yang lebih besar dari pada udara ruangan untuk mengatasi atau mencegah terjadinya hypoxemia . Oxygen dapat diberikan secara nasal cannula, mask, and tent.
Indikasi
Tubuh secara konstan mengambil oksigen dan mengeluarkan carbondioksida. Bila kadar oksigen di dalam darah turun, klien mungkin membutuhkan suplemen oksigen. Tujuannya adalah untuk meningkatkan saturasi oksigen jaringan pada kondisi sakit atau injury. Beberapa kondisi yang membutuhkan terapi oksigen:
• Adanya gejala Hypoxemia : penurunan PaO2 dalam darah dibawah normal, PaO2 of < 60 torr or SaO2 of < 90%, atau PaO2 and/or SaO2 dibawah normal dengan gejala klinik spesifik.(1)
• situasi perawatan akut dengan suspect hypoxemia (1,3-6)
• trauma berat (5,6)
• Acute myocardial infarction (1,7)
• Short-term therapy atau intervensi operasi (eg, post-anesthesia recovery(5,8),
• Pembedahan hip (9,10))
• severe respiratory distress (e.g., acute asthma or pneumonia)
• chronic obstructive pulmonary disease (COPD, including chronic bronchitis, emphysema, and chronic asthma)
• pulmonary hypertension
• cor pulmonale
• Oxygen may also be used to treat chronic lung disease patients during exercise.
Kontraindikasi
Tidak spesifik terjadi kontaraindikasi akibat therapy oxygen. Oxygen tidak menimbulkan addictive dan menimbulkan efek samping bila digunakan sesuai indikasi. Komplikasi akibat terapi oksigen dapat terjadi seperti : Distres pernafasan, keracunan oksigen, dan absorption atelectasis . Untuk itu segera lapor bila menemukan gejala :
• anxiety
• cyanotic (blue) lips or fingernails
• drowsiness
• confusion
• restlessness
• slow, shallow, difficult, or irregular breathing
Perhatian dan/atau Kemungkinan komplikasi
• dengan PaO2 > atau = 60 torr, depresi pernafasan dapat terjadi secara spontan pada pernafasan klien dengan peningkatan PaCO2.(6,11-14)
• dengan FIO2 > atau = 0,5, absorption atelectasis dan/atau depresi ciliary dan/atau fungĂ­s leukosit dapat taerjadi. (12,15,16)
• pemberian oksigen harus sesuai dengan indikasi dan harus hati-hati untuk klien keracunan paraquat(17) dan klien yang mendapat bleomycin.(18)
• selama laser bronchoscopy, pemberian oksigen dengan dosis minimal untuk meghindari rasa terbakar pada intratracheal .(19)
• Bahaya kebakaran meningkat pada konsentrasi oksigen tinggi
• Kontaminasi bakteri berhubungan dengan nebulization dan sistem humidification .(20-22)
Masalah berhubungan dengan pemberian oksigen
• Konsentrasi oksigen tinggi(90-100%) yang diberikan kepada klien dala waktu lama dapat menyebabkan kerusakan pada pulmonary
• Konsentrasi tinggi juga menimbulkan collaps alveoli dengan ratio ventilasi dan perfusi menurun.
Batasan untuk Prosedur
Terapi Oxygen tidak hanya terbatas pada manfaat untuk mengatasi hypoxia pada klien anemia, dan dapat bermanfaat pada gangguan sirkulasi. terapi Oxygen tidak hanya sebagai terapi pengganti tapi juga meningkatkan ventilasi mekanik bila dibutuhkan support ventilasi.
Pengkajian yang dibutuhkan:
• pemeriksaan Pa O2 dan / atau saturasi O2 dengan metoda pemeriksaan invasive atau noninvasive, dan/atau adanya gejala klinik sebelumnya.
Hasil yang diharapkan:
• klien menunjukkan gejala klinik dan physiologi yang adekuat sebagai respon dari terapi oksigen.

Kamis, 20 November 2008

malpraktek dan kelalaian dalam keperawatan

Kelalaian ialah melakukan sesuatu dibawah standar yang ditetapkan oleh aturan atau hukum guna melindungi orang lain yang bertentangan dengan tindakan – tindakan yang tidak beralasan dan berisiko melakukan kesalahan. (Keeton, 1984), sedangkan menurut Hanafiah dan Amir ( 1999 ) Kelalaian adalah sikap yang kurang hati – hati yaitu tidak melakukan sesuatu yang seharusnya seseorang lakukan dengan sikap hati – hati dan wajar, atau sebaliknya melakukan sesuatu dengan sikap hati – hati tetapi tidak melakukannya dalam situasi tertentu. Guwandi (1994) mengatakan bahwa kelalaian adalah kegagalan untuk bersikap hati – hati yang pada umumnya wajar dilakukan oleh seseorang dengan hati – hati, dalam keadaan tersebut itu merupakan suatu tindakan seseorang yang hati – hati dan wajar tidak akan melakukan didalam keadaan yang sama atau kegagalan untuk melakukan apa orang lain dengan hati – hati yang wajar justru akan melakukan di dalam keadaan yang sama.
Dari pengertian diatas dapat diartikan bahwa kelalaian dapat bersifat ketidaksengajaan, kurang teliti, kurang hati – hati, acuh tak acuh, sembrono, tidak peduli terhadap kepentingan orang lain tetapi akibat tindakan bukanlah tujuannya. Kelalaian bukan suatu pelanggaran hukum atau kejahatan. Jika kelalaian itu tidak sampai membawa kerugian atau cedera kepada orang lain dan orang itu dapat menerimannya, namun jika kelalaian itu mengakibatkan kerugian materi, mencelakakan atau bahkan merenggut nyawa orang lain ini diklasifikasikan sebagai kelalaian berat, serius dan criminal menurut (Hanafiah dan Amir, 1999).
Malpraktek adalah kelalaian seorang tenaga kesehatan untuk mempergunakan tingkat ketrampilan dan ilmu pengetahuan yang lazim dipergunakan dalam merawat klien atau orang yang terluka menurut ukuran di lingkungan yang sama (Hanafiah dan Amir ( 1999).
C. Elemen-elemen pertanggung jawab hukum (liability)
Terdiri dari 4 elemen yang harus ditetapkan untuk membuktikan bahwa malpraktek atau kelalaian telah terjadi (Vestal.1995) :
1. Kewajiban (duty) : pada sat terjadinya cedera terkait dengan kewajibannya yaitu kewajiban mempergunakan segala ilmu dan kepandaiannya untuk menyembuhkan atau setidak – tidaknya meringankan beban penderitaan pasiennya berdasarkan standar profesi.
Contoh :
Perawat rumah sakit bertanggung jawab untuk :
a. Pengkajian yang aktual bagi pasien yang ditugaskan untuk memberikan asuhan keperawatan
b. Mengingat tanggung jawab asuhan keperawatan professional untuk mengubah kondisi klien
c. Kompeten melaksanakan cara – cara yang aman untuk klien.
4
2. breach of the duty (Tidak melasanakan kewajiban): pelanggaran terjadi sehubungan dengan kewajibannya, artinya menyimpang dari apa yang seharusnya dilakukan menurut standar profesinya.
Contoh :
a. Gagal mencatat dan melaporkan apa yang dikaji dari pasien. Seperti tingkat kesadaran pada saat masuk
b. Kegagalan dalam memenuhi standar keperawatan yang ditetapkan sebagai kebijakan rumah sakit.
c. Gagal melaksanakan dan mendokumentasikan cara – cara pengamanan yang tepat ( pengaman tempat tidur, restrain, dll )
3. proximate caused (sebab-akibat): pelanggaran terhadap kewajibannya menyebabkan atau terkait dengan cedera yang dialami klien.
Contoh :
Cedera yang terjadi secara langsung berhubungan dengan pelanggaran terhadap kewajiban perawat terhadap pasien atau gagal menggunakan cara pengaman yang tepat yang menyebabkan klien jatuh dan mengakibatkan fraktur.
4. injury (Cedera) : sesorang mengalami cedera atau kerusakan yang dapat dituntut secara hukum
Contoh :
fraktur panggul, nyeri, waktu rawat inap lama dan memerlukan rehabilitasi.

5
D. Standar Asuhan
Untuk menentukan kelalaian, standar asuhan dipenuhi dengan penjelasan apakah seseorang beralasan akan atau tidak akan melakukan sesuatu pada situasi yang sama. Setiap perawat bertanggung jawab untuk mengikuti standar asuhan keperawatan dalam praktek.