KEJADIAN STROKE
Seluruh dunia angka kejadian rata-rata stroke sekitar 180 / 100.000
per tahun (0,2 % ) dengan prevalesi 500-600 per 100.000 ( 0,5 % ). Peningkatan
tekanan intra cranial merupakan penyebab utama tingginya mortalitas pada stroke
perdarahan intraserebral, sehingga pemantauan dan penaganan yang tepat terhadap
peningkatan tekanan intracranial dapat menurunkan angka mortalitas karena
stroke.
Tenaga kesehatan dan
keluarga sangat berperan terhadap proses pemulihan
stroke , perawat bekerja sama
dengan tim kesehatan lain dibutuhkan selama masa akut di rumah sakit, atau sesudahnya. Secara umum perawatan
umum klien terdiri dari perawatan fisik dan perawatan terhadap kemampuan koordinasi otak dan daya ingat. Salah satu perawatan secara fisik adalah
memberikan latihan / rehabilitasi. Tahap rehabilitasi bertujuan
mengembangkan fungsi tubuh secara utuh serta mencapai derajat dan kualitas seperti sebelum sakit.
PENGERTIAN STROKE
Stroke di definisikan sebagai defisit neurologis oleh suatu sebab tertentu
PREVALENSI
STROKE
1. Di
negara industri, stroke umumnya merupakan penyebab kematian nomor tiga pada kelompok usia lanjut setelah
penyakit jantung dan kanker.
2. Insiden
stroke adalah 200 per 100.000 penduduk dalam satu tahun.
3. Bila
dilihat dari usia, angka kejadian dalam dalam satu tahun dikelompokkan sebagai
berikut :
§
Usia 35-44 tahubn insidennya adalah
0,2 0/0
§
Usia 45-54 tahun insidennya adalah
0,7 0/0
§
Usia 55-64 tahun insidennya adalah
1,8 0/0
§
Usia 65-74 tahun insidennya adalah
2,7 0/0
§
Usia 75-84 tahun insidennya adalah
10,4 0/0
§
Usia 85 tahun ke atas insidennya
adalah 13,9 0/0
Dengan insiden diatas dapat
disimpulkan bahwa angka kejadian makin meningkat dengan bertambahnya usia
manusia.
4. Di
AS stroke merupakan peringkat ketiga penyebab kematian. Diperkirakan angka
kejadian 400.000 setiap tahunnya, kira-kira 200.000 orang dengan kematian dan
200.000 orang dengan gejala sisa
5. Di
United Kingdom terdapat 110.000 kasus baru setiap tahunnya sedangkan di
Australia 250.000 orang setiap tahunnya.
6. 10%
- 15% lebih banyak terserang pada laki-laki dibandingkan pada perempuan.
7. Di
Indonesia belum ada data pasti. Sebagai gambaran di R. Irna B Lt. I Ka, dari
900 kasusu pada tahun 1996, 25% adalah kasus stroke dan kebanyakan mengenai
usia diatas 50 tahun dan beberapa mengenai usia di bawah 35 tahun.
Penyebab stroke
Beberapa keadaan di bawah ini
dapat menyebabkan stroke antara lain :
Thrombosis Cerebral
Thrombosis ini terjadi pada
pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan ischemi jaringan otak
yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya. Thrombosis biasanya
terjadi pada orangtua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat
terjadi karena penurunan aktifitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang
dapat menyebabkan ischemi cerebral. Tanda dan gejala neurologis seringkali
memburuk pada 48 jam setelah thrombosis.
Beberapa keadaan dibawah ini
dapat menyebabkan thrombosis otak :
Atherosklerosis
Atherosklerosis adalah
mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan/elastisitas dinding
pembuluh darah. Manifestasi klinis atheroskelrosis bermacam-macam. Kerusakan
dapat terjadi melalui mekanisme berikut :
Lumen arteri menyempit dan
mengakibatkan berkurangnya aliran darah
Oklusi mendadak pembuluh darah
karena terjadi thrombosis
Merupakan tempat terbentuknya
thrombus, kemudian melepaskan kepingan thrombus (embolus)
Dinding arteri menjadi lemah dan
terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi perdarahan.
Hypercoagulasi pada polycytemia
Darah bertambah kental,
peningkatan viskositas/hematokrit meningkat dapat melambatkan aliran darah
cerebral.
Arteritis (radang pada arteri).
Emboli
Emboli cerebral merupakan
penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak, udara. Pada umumnya
emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem
arteri cerebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang
dari 10-30 detik. Beberapa keadaan di bawah ini dapat menimbulkan emboli :
Katup-katup jantung yang rusak
akibat Rheumatik Heart Disease (RHD)
Myokard infark
Fibrilasi
Keadaan aritmia menyebabkan
berbagai bentuk pengosongan ventrikel sehingga darah terkumpul dan terbentuk
gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kososng sama sekali dengan mengeluarkan
embolus-embolus kecil.
Endokarditis oleh bakteri dan
non bakteri, menyebabkan terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endocardium
Hemorhagi
Perdarahan intra kranial atau
intra cerebral termasuk perdarahan dalam ruang sub arachnoid atau kedalam
jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosclerosis dan
hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah
kedalam parenkhim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran, dan
pemisahan jaringan otak yang berdekatan sehingga otak akan membengkak, jaringan
otak tetekan sehingga terjadi infark otak, oedema dan mungkin herniasi otak.
Penyebab perdarahan otak yang
paling lazim terjadi :
Aneurysma Berry; biasanya defek
kongenital
Aneurysma Fusiformis dari
Artherosklerosis
Aneurysma Myocotik dari
vasculitis nekrose dan emboli septis
Malformasi Arteriovenous;
terjadi hubungan persambungan pembuluh darah arteri, sehingga darah arteri
langsung masuk vena
Ruptur arteriol cerebral; akibat
hypertensi yang menimbulkan penebalan dan degenerasi pembuluh darah.
Hypoksia Umum
Hipotensi yang parah
Cardiac pulmonary arrest
Cardiac output turun akibat
aritmia
Hipoksia Setempat
Spasme arteri cerebral yang
disertai perdarahan sub Arachnoid
Vasokontriksi arteri otak
disertai saki kepala migrain.
Penyebab stroke
Beberapa keadaan di bawah ini dapat
menyebabkan stroke antara lain :
Thrombosis Cerebral
Thrombosis ini terjadi pada
pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan ischemi jaringan otak
yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya. Thrombosis biasanya
terjadi pada orangtua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat
terjadi karena penurunan aktifitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang
dapat menyebabkan ischemi cerebral. Tanda dan gejala neurologis seringkali
memburuk pada 48 jam setelah thrombosis.
Beberapa keadaan dibawah ini
dapat menyebabkan thrombosis otak :
Atherosklerosis
Atherosklerosis adalah
mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan/elastisitas dinding
pembuluh darah. Manifestasi klinis atheroskelrosis bermacam-macam. Kerusakan
dapat terjadi melalui mekanisme berikut :
Lumen arteri menyempit dan
mengakibatkan berkurangnya aliran darah
Oklusi mendadak pembuluh darah
karena terjadi thrombosis
Merupakan tempat terbentuknya
thrombus, kemudian melepaskan kepingan thrombus (embolus)
Dinding arteri menjadi lemah dan
terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi perdarahan.
Hypercoagulasi pada polycytemia
Darah bertambah kental,
peningkatan viskositas/hematokrit meningkat dapat melambatkan aliran darah
cerebral.
Arteritis (radang pada arteri).
Emboli
Emboli cerebral merupakan
penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak, udara. Pada umumnya
emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem
arteri cerebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang
dari 10-30 detik. Beberapa keadaan di bawah ini dapat menimbulkan emboli :
Katup-katup jantung yang rusak
akibat Rheumatik Heart Disease (RHD)
Myokard infark
Fibrilasi
Keadaan aritmia menyebabkan
berbagai bentuk pengosongan ventrikel sehingga darah terkumpul dan terbentuk
gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kososng sama sekali dengan mengeluarkan
embolus-embolus kecil.
Endokarditis oleh bakteri dan
non bakteri, menyebabkan terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endocardium
Hemorhagi
Perdarahan intra kranial atau
intra cerebral termasuk perdarahan dalam ruang sub arachnoid atau kedalam
jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosclerosis dan
hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah
kedalam parenkhim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran, dan
pemisahan jaringan otak yang berdekatan sehingga otak akan membengkak, jaringan
otak tetekan sehingga terjadi infark otak, oedema dan mungkin herniasi otak.
Penyebab perdarahan otak yang
paling lazim terjadi :
Aneurysma Berry; biasanya defek
kongenital
Aneurysma Fusiformis dari
Artherosklerosis
Aneurysma Myocotik dari
vasculitis nekrose dan emboli septis
Malformasi Arteriovenous;
terjadi hubungan persambungan pembuluh darah arteri, sehingga darah arteri
langsung masuk vena
Ruptur arteriol cerebral; akibat
hypertensi yang menimbulkan penebalan dan degenerasi pembuluh darah.
Hypoksia Umum
Hipotensi yang parah
Cardiac pulmonary arrest
Cardiac output turun akibat
aritmia
Hipoksia Setempat
Spasme arteri cerebral yang
disertai perdarahan sub Arachnoid
Vasokontriksi arteri otak disertai saki
kepala migrain.
FAKTOR RESIKO STROKE
Penggolongan faktor risiko stroke
didasarkan pada dapat atau tidaknya resiko tersebut ditanggulangi atau diubah
:
I. Faktor resiko yang tak dapat diubah atau dicegah/dimodifikasi
II.
Faktor resiko yang dapat dimodifikasi
III.
Faktor resiko yang sangat dapat dimodifikasi
Keterangan :
- faktor resiko yang tidak dapat dapat diubah
- umur : Semakin bertambahnya usia menjadi faktor
predisposisi, karena semakin bertambah usia maka elastisitas pembuluh
darah semakin berkurang, akibatnya pembuluk darah mudah pecah, hal ini
juga terjadi pada pembuluh darah otak
- jenis kelamin : beberapa penelitian menyebutkan laki-laki memiliki resiko
lebih besar dari pada wanita hal ini dipengaruhi oleh stress dan
aktivitas.
- ras : pada ras tertentu angka kejadian stroke lebih tinggi dibanding ras
lain
- faktor keturunan :
keturunan membawa gen
termasuk pada kualitas dari pertahanan tubuh, gen dianggap sebagai faktor
predisposisi
- kelainan pembuluh darah bawaan :
kelainan darah dapat
membawa dampak misalnya suplei darah yang berkurang, hal ini jika
berlangsung terus menerus maka akan mengakibatkan stroke.
- faktor resiko yang dapat dimodifikasi
- hipertensi
- merokok
- diabetes
- penyakit jantung/atrial fibrilation
- peningkatan kadar kolesterol
- penyempitan pembuluh darah karotis
- gejala sickle sel
- penggunaan terapi hormon
- diet dan nutrisi
- latihan fisik
- kegemukan
- faktor resiko yang sangat dapat dimodifikasi
- metabolik sindrom
- penggunaan obat-obatan / drug abuse
- pemakaian obat –obat kontrasepsi
- gangguan pola tidur
- kenaikan lipoprotein
- peningkatan kekentalan dan pengendapan / hiperkoagulibility
- peradangan
Secara klinis perbedaan stroke iskemik dan
hemoragik adalah sebagai berikut :
GEJALA
|
HEMORAGIK
|
ISKEMIK
|
Onset
|
Sangat akut
|
Subakut/akut
|
Saat terjadinya
|
Waktu aktif
|
Tidak aktif
|
Nyeri kepala
|
Hebat
|
Ringan/tidak ada
|
Muntah pada awal
|
Sering
|
Tidak ada
|
Kaku kuduk
|
Jarang/biasa ada
|
Tidak ada
|
Kejang
|
Biasa ada
|
Tidak ada
|
Kesadaran
|
Biasa hilang
|
Dapat hilang
|
Phatofisiologi
Patofisiologi peningkatan tekanan intracranial, Peningkatan tekanan
intracranial dikarakteristikkan dengan penambahan volume pada isi tengkorak.
Peningkatan ini dipacu dengan adanya kerusakan atau kematian otak oleh 2
mekanisme :
a. global hypoxic-ischemic injury sebagai
konsekuen dari pengurangan cerebral perfusion pressure dan cerebral blood flow.
b. Mekanisme distorsi dan
kompresi jaringan otak sebagai akibat efek dari massa intracranial.
Pemeriksaan Penunjang
1. Ct scan
CT Scan berguna untuk menentukan:
‐ jenis patologi
‐ lokasi lesi
‐ ukuran lesi
‐ menyingkirkan lesi non vaskuler
- Angiografi Cerebral
Angiografi cerebral digunakan untuk mendeteksi adanya kelainan pada
system predaran darah dari otak, setiap perdarahanyang terjadi akan terdeteksi
melalui pencitraan ini.
- Lumbal Pungsi
Lumbal pungsi dapat digunakan untuk memeriksa tekanan cairan
serebrospinal, penyebab peradangan yang terjadi pada otak, medulla spinalis dan
daerah batang otak.
PENGKAJIAN NEUROLOGI
A.
PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data adalah mengumpulkan
informasi tentang status kesehatan klien yang menyeluruh mengenai fisik,
psikologis, sosial budaya, spiritual, kognitif, tingkat perkembangan, status
ekonomi, kemampuan fungsi dan gaya hidup klien. (Marilynn
E. Doenges et al, 1998)
1)
Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam
MRS, nomor register, diagnose medis.
2)
Keluhan utama
Keluhan yang didapatkan adalah gangguan motorik kelemahan anggota
gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi. (Jusuf
Misbach, 1999). nyeri kepala, gangguan sensorik, kejang, gangguan kesadaran.
3)
Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke infark biasanya didahului dengan serangan awal yang
tidak disadari oleh pasien, biasanya ditemukan gejala awal sering kesemutan,
rasa lemah pada salah satu anggota gerak. Pada Serangan stroke hemoragik seringkali
berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas.
Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar,
disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain. (Siti Rochani, 2000)
4)
Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung,
anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat
anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan. (Donna D.
Ignativicius, 1995).
5)
Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga
yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus. (Hendro
Susilo, 2000)
6)
Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga
sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien
dan keluarga.(Harsono, 1996)
7)
Pola-pola fungsi kesehatan
a)
Pola
persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan
alkohol, penggunaan obat kontrasepsi oral.
b)
Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual muntah
pada fase akut.
c)
Pola eliminasi
Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola defekasi biasanya
terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.
d)
Pola aktivitas dan latihan
Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan
sensori atau paralise/ hemiplegi, mudah lelah
e)
Pola tidur dan istirahat
Biasanya klien mengalami kesukaran untuk
istirahat karena kejang otot/nyeri otot
f)
Pola hubungan dan peran
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesukaran
untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.
g)
Pola persepsi dan konsep diri
Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak
kooperatif.
h)
Pola sensori dan kognitif
Pada pola sensori klien mengalami gangguan penglihatan/kekaburan
pandangan, perabaan/sentuhan menurun pada muka dan ekstremitas yang sakit. Pada
pola kognitif biasanya terjadi penurunan memori dan proses berpikir.
i)
Pola reproduksi seksual
Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari beberapa
pengobatan stroke, seperti obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis
histamin.
j)
Pola penanggulangan stress
Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena
gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi.
k)
Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang
tidak stabil, kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh. (Marilynn E.
Doenges, 2000)
8)
Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
1)
Kesadaran : umumnya mengelami
penurunan kesadaran
2)
Suara bicara : kadang mengalami
gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara
3)
Tanda-tanda
vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi
b)
Pemeriksaan integumen
1)
Kulit : jika klien kekurangan
O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping
itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol
karena klien stroke hemoragik harus bed rest 2-3 minggu
2)
Kuku : perlu dilihat adanya
clubbing finger, cyanosis
3)
Rambut : umumnya tidak ada
kelainan
c)
Pemeriksaan kepala dan leher
1)
Kepala : bentuk normocephalik
2)
Muka
: umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi
3)
Leher
: kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998)
d)
Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang
didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan,
pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan.
e)
Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan
kadang terdapat kembung.
f)
Pemeriksaan inguinal,
genetalia, anus
Kadang terdapat
incontinensia atau retensio urine
g)
Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu
sisi tubuh.
h) Pemeriksaan Neurologi
Pengkajian neurolgi mencakup pengkajian status mental, tingkat kesadaran,
fungsi syaraf kranial, fungsi motorik, fungsi sensorik, reflek, koordinasi dan
gaya berjalan.
1)
Pemeriksaan
Status mental, meliputi :
(1) Mengevaluasi kemampuan penderita untuk memberi alasan,
membuat abstrak, rencana dan penilaian
(2) Perubahan tingkah laku dan kepribadian dapat menyertai
disfungsi otak organik sehinngga perubahan itu perlu dikaji
(3) Kaji status sosial ekonomi, etnis dan status pendidikan.
a. Menyebutkan lima nama negara
b. Mengingat kejadian lampau
c. Mengingat 6 angka kedepan 4 angka ke belakang
(4) Penampilan fisik dan perilaku
a. Postur dan pergerakan
· Observasi gaya berjalan pasien, Observasi kemampuan
pasien untuk menunggu dgn sabar.Catat jika postur pasien pada keadaan
relaksasi, merosot ataupun kaku.Observasi pergerakan pasien untuk kontrol dan
kesimetrisannya.
·
Normal nya Penampilan pasien rileks
,Postur tegak, Gaya berjalan normal,
Pergerakan tubuh simetris
·
Abnormal
akan ditemukan :Gelisah, tegang, cara berjalalan tidak normal, Postur yang
merosot/jatuh dgn berat, gaya berjalan lambat, kontak mata kurang, & respon
lambat, Membungkuk, menekuk, & postur kaku, leher terkulai, perubahan
bentuk spinal, & denyutan urat saraf yg tdk dpat dikendalikan.
b. Pakaian,
perawatan & personal hyegiene
· Catat penampilan berpakaian pasien, khusunya : kebersihan,
kondisi, sesuai umur, sesuai cuaca, & sesuai dengan sosialekonominya.
Observasi perawatan diri pasien (rambut, kulit, kuku, gigi) untuk adekuatnya,
kesimetrisannya, baunya
·
Normalnya akan
ditemukan Pasien tampak bersih, Perawatan baik, Menggunakan pakaian yang
sesuai.
·
Abnormal akan ditemukan
: Personal hygiene kurang mis ; rambut kusut, tubuh berbau, & pakaian yang
dipakai tdk sesuai.Perhatian berlebihan & perawatan yg sangat teliti pada
pakaian & perawatan, Tampak ada perbedaan antara sisi yg satu dgn yg lain
dalam perawatan & berpakaian.
c. Ekspresi
wajah
· Observasi kesesuaian, variasi, dan kesimetrisan ekspresi
wajah.
· Ekspresi wajah sesuai dengan isi pembicaraan & wajah
simetris.
· Abnormal akan ditemukan : ekspresi wajah tdk bisa
berubah, pergerakan wajah asimetris
2)
Pemeriksaan
Tingkat kesadaran : GCS : glasgow coma scale
1.
Membuka mata
•
Secara spontan 4
•
Rangsangan suara 3
•
Rangsang nyeri 2
•
No respon 1
2. Verbal
•
Respon verbal tepat 5
•
Percakapan membingungkan 4
•
Kata-kata
membentuk respon tidak tepat 3
•
Respon
suara tak bermakna /mengerang 2
•
Tidak ada respon 1
3.
Motorik
•
Melakukan perintah dg benar 6
•
Mengenali
nyeri lokal 5
•
Menarik diri dari rangsang
nyeri 4
•
Fleksi 3
•
Ekstensi 2
•
Tak ada respon 1
3)
Fungsi
serebral
(a)
Fungsi serebelum
Periksa cara
berjalan, koordinasi telunjuk-hidung, nistagmus, dan disdiadokokinesis
(b)
Fungsi ekstrapiramidal
Periksa cara
berjalan. tonus. cari adanya tremor, bradikinesia dan gerak distonik.
(c)
Lobus temporal
Periksa
ingatan dan pemahaman bahasa, tuli,.
(d)
Lobus parietal
Periksa
pengenalan benda, tugas-tugas seperti berpakaian, menggunakan sikat gigi,
menulis, membaca. dan aritmatika. Disorientasi,
(e)
Lobus oksipital
Periksa
ketajaman penglihatan dan lapang pandang (catatan pada kebutaan oksipital, maka
refleks cahaya pada pupil akan utuh).
(f)
Lobus frontal
Periksa fungsi
mental luhur, sensasi penghidu. afek, refleks primitif (menggenggam, mencucu.
refleks palmo-mental) Adakah disinhibisi dan/atau perubahan kepribadian,
gangguan penilaian, penampilan dan kebersihan, gangguan afek, proses berpikir,
fungsi motorik.
4)
Fungsi
bahasa dan bicara
Catat kualitas suara, termasuk volume dan nada. Kaji artikulasi , kelancaran, dan tempo
bicara . Anjurkan
pasien untuk mengulang kata dan kalimat setelah anda menyebutkan nama objek.
Catat kemampuan pasien melaksanakan
perintah selama pengkajian. Instruksikan pasien untuk menuliskan nama,
ulang tahun, dan contoh kalimat yang anda sebutkan.
(a)
Disartria
Merupakan gangguan artikulasi, irama bicara akibat
kelemahan otot bicara. Dpat disebabkan oleh amiotropik lateral, paralisis
psedobulbuler, MG, adanya iskemik pada nukleus motorik dari CN X dan CN XII
(b)
Disfonia
Gangguan
vokalisasi sehingga terdengar parau, adanya lesi pada CN X
(c)Afasia
Terbagi dalam beberapa kelainan yaitu :
AFASIA
|
PATOFISIOLOGI
|
EKSPRESI
|
KARAKTERISTIK
|
Broca’s
aphasia
|
Lesi motor
korteks, area Broca
|
Ekspresi
tidak fasih
|
Bicara
lambat dan terputus-putus, pasien sulit untuk memilih dan mengatur kata.
Nama, kata, dan pengulangan frase, menulis mengalami ganguan. Sukar untuk
dimengerti secara komprehensif.
|
Wernicke’s
aphasia
|
Lesi hemisfer
kiri di area Wernicke
|
Reseptif fasih
|
Kerusakan
pendengaran secara komprensif yang menjadi isi pembicaraan. Pasien tidak
peduli dengan defisit yang ada. Penamaan mengalami kerusakan yang parah
|
Anomic aphasia
|
Lesi hemisfer
kiri di area Wernicke
|
Amnesik fasih
|
Pasien tidak
mampu menandai objek atau tempat.
|
Conduction
aphasia
|
Lesi pada
fasiculus arcuate, yang mana menyambung dan mengirim pesan antara area Broca
dan Wernickes
|
Sentral fasih
|
Pasien sulit
mengulang kata, mengganti bunyi kata tertentu dengan kata yang lain (mis :
dork diganti fork).
|
Global aphasia
|
Lesi pada area
frontal temporal
|
Campuran fasih
|
Lisan dan
tulisan mengalami kerusakan yang parah : nama, pengulangan kata atau frase.
|
Transcortical
sensori aphasia
|
Lesi pada
perifer Broca dan area Wernickes
|
Fasih
|
Kerusakan
dalam penamaan dan menulis.
Pengulangan
kata dan kalimat lengkap.
|
Transcortical
motor aphasia
|
Lesi pada
anterior, superior atau lateral area Broca.
|
Tidak fasih
|
Lengkap secara
keseluruhan. Penamaan dan kemampuan untuk menulis rusak. Pengulangan kata dan
kalimat lengkap
|
5)
Pemeriksaan
Syaraf Kranial
I Olfaktorius
· Periksa sensasi penghidu di kedua lubang
hidung. kelainan Anosmia
II Optikus
· Periksa ketajaman penglihatan. Dengan
tabel snellen, hitung jari, gerakan tangan, ransangan cahaya. Penglihatan dekat dengan membaca buku
· Periksa lapang pandang, cari bintik buta. Dengan alat kampimetri/perimetri, pasien
& pemeriksa duduk/berdiri berhadapan jarak 60 – 100 cm, pasien menutup satu
mata dan pemeriksa juga menutup satu mata yang berlawanan dengan mata pasien
yang ditutup, pemeriksa menggerakkan tangan dari arah luar lapang pandang atas,
bawah dan kedua sisi.
· Periksa pupil dan periksa reaksi cahaya
langsung dan tak langsung (konsensuil) serta akomodasi. Periksa dengan
oftalmoskop.
III, IV, VI Okulomotorius, troklearis, dan
abdusens
o
Cari
adanya ptosis (sebelah atau kedua kelopak mata menutup).
o
Periksa
gerak bola mata dan cari nistagmus. Tanyakan adanya penglihatan ganda.
V Trigeminus
- Periksa sensasi wajah terhadap raba halus;
dan tusuk jarum.
- Periksa kekuatan otot pengunyah dan
temporalis (”geretakkan gigi, buka mulut,
dan lawan gerakan saya menutup mulut Anda”).
- Tes refleks kornea : Sentuh kornea dengan kapas,
lihat kedipan secara refleks dan rasa nyeri yang timbul (N V & NVII)
- Tes ketuk rahang. :
Letakkan jari telunjuk diatas dagu pasien secara horizontal, mulut
pasien sedikit terbuka lalu telunjuk diketok dengan palu. Normal timbul
elevasi rahang.
VII Fasialis
§ Periksa otot-otot ekspresi wajah
("angkat alls", "tutup mata kuat-kuat", "tunjukkan
gigi"). Observasi
wajah pasien waktu diam, tertawa, meringis, bersiul, menutup mata. Minta pasien
mengerutkan dahi, menutup mata kuat2, menggembungkan pipi, memperlihatkan gigi,
tersenyum.
Normal : Simetris
pada semua gerakan kanan/kiri
§ Sensorik pengecapan
Untuk lidah 2/3 depan rasa manis, asam, asin
·
Paresis
N VII perifer : separuh muka kurang setiap gerakan.
·
Paresis
N VII sentral : bila otot wajah bagian bawah terkena, otot dahi normal.
VIII Vestibulokoklearis
- Tes pendengaran.
- Lakukan tes Rinne (letakkan garpu tala yang
bergetar dengan frekuensi 512 Hz pada prosesus mastoideus dan bandingkan
kerasnya suara dengan suara pada jarak beberapa centimeter dari meatus
auditorius eksternus. Pada telinga normal, konduksi udara [air conduction.
AC] lebih baik daripada konduksi tulang [bone conduction. EC}. Jika BC
> AC berarti terdapat tuli konduktif. Gangguan pendengaran dengan AC
> BC menunjukkan tuli sensorineural).
- Lakukan tes Weber (letakkan garpu tala yang
bergetar dengan frekuensi 512 Hz di bagian tengah kening dan tanyakan pada
pasien ke sisi mana penjalaran suara. Pada telinga normal suara terdengar
di tengah: pada tuli konduktif ke arah telinga yang sakit. dan pada tuli
sensorineural pada telinga yang
sehat).
- Tes keseimbangan (berdiri dengan mata
tertutup, berjalan sepanjang garis lurus).
IX, X Vagus dan glosofaringeus
- Periksa gerak palatum.
- Periksa refleks muntah dan
batuk.
XI Aksesorius
- Periksa kekuatan otot sternomastoideus dan
mengangkat bahu
XII Hipoglosus
- Periksa lidah untuk mencari pengecilan otot,
fasikulasi, dan uji kekuatan, Periksa lidah saat istirahat. julurkan ke
luar. kemudian gerakkan dari sisi ke sisi.
6)
Pemeriksaan
Fungsi Motorik
a. Koordinasi
dan gaya
berjalan
·
Minta
pasien berjalan pada garis lurus dengan tumit ditempelkan ujung jari yang lain
·
Memukulkan
telapak tangan dan punggung tangan secara bergantian
·
Gangguan
serebral menyebabkan gerakan ini menjadi lambat
·
Gaya
berjalan dapat diamati dengan perhatikan ayunan lengan, perhatikan adanya
hemiplegic, rigiditas, hilangnya koordinasi, tremor, apraksia (lambat, diseret,
kesukaran mengangkat kaki.
b. Tonus
dan kekuatan otot
·
Upper
motor neuron : akan meningkatkan tonus otot
·
Lower
motor neuron akan menurunkan tonud otot
·
harus
diperhatikan apakah ada tanda kelemahan, fasikulasi atau kontraktur
·
Kekuatan
otot dapat diperiksa dengan membandingkan tangan satu dengan tangan lainnya
·
Periksa
adanya gerakan involunter, tremor, korea, hemibalisme
7)
Pemeriksaan
Fungsi sensorik
Sistem sensorik memegang peranan penting dalam penghantaran informasi ke saraf sentral
mengenai lingkungan sekitarnya:
a. sensasi taktil superfisial : sensasi raba, nyeri, suhu
b. indra proprioseptik merupakan sensasi pergerakan dan
posisi
c. sensasi getar
d. fungsi sensorik kortikal