Minggu, 23 November 2014

tugas kuliah untuk A. 81, 82, 83 dan 84 :

1. agar membuat ASKEP hemofili , referensi tidak boleh dari blogspot, dan internet, hanya boleh dari buku bacaan minimal 6 buku rujukan
2. tugas dikerjakan kelompok, tiap kelompok max 7 orang, cover diberi nama anggota kelompok dan diberi kelas berapa.
3. tugas dikumpulkan paling lambat hari jumat, 28 november 2014 di meja saya kampus 2


terima kasih,
yogyakarta 24 nov 2014


mohamad judha

Jumat, 31 Oktober 2014







KEJADIAN STROKE

Seluruh dunia angka kejadian rata-rata stroke sekitar 180 / 100.000 per tahun (0,2 % ) dengan prevalesi 500-600 per 100.000 ( 0,5 % ). Peningkatan tekanan intra cranial merupakan penyebab utama tingginya mortalitas pada stroke perdarahan intraserebral, sehingga pemantauan dan penaganan yang tepat terhadap peningkatan tekanan intracranial dapat menurunkan angka mortalitas karena stroke.
Tenaga kesehatan dan keluarga sangat berperan terhadap proses pemulihan stroke , perawat bekerja sama dengan tim kesehatan lain dibutuhkan selama masa akut di rumah sakit, atau sesudahnya. Secara umum perawatan umum klien  terdiri dari  perawatan fisik dan perawatan terhadap kemampuan koordinasi otak dan daya ingat. Salah satu perawatan secara fisik adalah memberikan latihan / rehabilitasi. Tahap rehabilitasi  bertujuan  mengembangkan fungsi tubuh secara utuh serta mencapai derajat  dan kualitas seperti sebelum sakit.



PENGERTIAN STROKE
 Stroke di definisikan sebagai defisit neurologis oleh suatu sebab tertentu

PREVALENSI  STROKE
1.      Di negara industri, stroke umumnya merupakan penyebab kematian nomor  tiga pada kelompok usia lanjut setelah penyakit jantung dan kanker.
2.      Insiden stroke adalah 200 per 100.000 penduduk dalam satu tahun.
3.      Bila dilihat dari usia, angka kejadian dalam dalam satu tahun dikelompokkan sebagai berikut :
§  Usia 35-44 tahubn insidennya adalah 0,2 0/0
§  Usia 45-54 tahun insidennya adalah 0,7 0/0
§  Usia 55-64 tahun insidennya adalah 1,8 0/0
§  Usia 65-74 tahun insidennya adalah 2,7 0/0 
§  Usia 75-84 tahun insidennya adalah 10,4 0/0
§  Usia 85 tahun ke atas insidennya adalah 13,9 0/0
Dengan insiden diatas dapat disimpulkan bahwa angka kejadian makin meningkat dengan bertambahnya usia manusia.
4.      Di AS stroke merupakan peringkat ketiga penyebab kematian. Diperkirakan angka kejadian 400.000 setiap tahunnya, kira-kira 200.000 orang dengan kematian dan 200.000 orang dengan gejala sisa
5.      Di United Kingdom terdapat 110.000 kasus baru setiap tahunnya sedangkan di Australia 250.000 orang setiap tahunnya.
6.      10% - 15% lebih banyak terserang pada laki-laki dibandingkan pada perempuan.
7.      Di Indonesia belum ada data pasti. Sebagai gambaran di R. Irna B Lt. I Ka, dari 900 kasusu pada tahun 1996, 25% adalah kasus stroke dan kebanyakan mengenai usia diatas 50 tahun dan beberapa mengenai usia di bawah 35 tahun.

Penyebab stroke
Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan stroke antara lain :
Thrombosis Cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan ischemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada orangtua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktifitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan ischemi cerebral. Tanda dan gejala neurologis seringkali memburuk pada 48 jam setelah thrombosis.
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak :
Atherosklerosis
Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan/elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis atheroskelrosis bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut :
Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah
Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi thrombosis
Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan kepingan thrombus (embolus)
Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi perdarahan.
Hypercoagulasi pada polycytemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/hematokrit meningkat dapat melambatkan aliran darah cerebral.
Arteritis (radang pada arteri).

Emboli
Emboli cerebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak, udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri cerebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan di bawah ini dapat menimbulkan emboli :
Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Disease (RHD)
Myokard infark
Fibrilasi
Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan ventrikel sehingga darah terkumpul dan terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kososng sama sekali dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil.
Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endocardium

Hemorhagi
Perdarahan intra kranial atau intra cerebral termasuk perdarahan dalam ruang sub arachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosclerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam parenkhim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran, dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tetekan sehingga terjadi infark otak, oedema dan mungkin herniasi otak.
Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi :
Aneurysma Berry; biasanya defek kongenital
Aneurysma Fusiformis dari Artherosklerosis
Aneurysma Myocotik dari vasculitis nekrose dan emboli septis
Malformasi Arteriovenous; terjadi hubungan persambungan pembuluh darah arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena
Ruptur arteriol cerebral; akibat hypertensi yang menimbulkan penebalan dan degenerasi pembuluh darah.
Hypoksia Umum
Hipotensi yang parah
Cardiac pulmonary arrest
Cardiac output turun akibat aritmia
Hipoksia Setempat
Spasme arteri cerebral yang disertai perdarahan sub Arachnoid
Vasokontriksi arteri otak disertai saki kepala migrain.

Penyebab stroke
Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan stroke antara lain :
Thrombosis Cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan ischemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada orangtua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktifitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan ischemi cerebral. Tanda dan gejala neurologis seringkali memburuk pada 48 jam setelah thrombosis.
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak :
Atherosklerosis
Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan/elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis atheroskelrosis bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut :
Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah
Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi thrombosis
Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan kepingan thrombus (embolus)
Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi perdarahan.
Hypercoagulasi pada polycytemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/hematokrit meningkat dapat melambatkan aliran darah cerebral.
Arteritis (radang pada arteri).

Emboli
Emboli cerebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak, udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri cerebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan di bawah ini dapat menimbulkan emboli :
Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Disease (RHD)
Myokard infark
Fibrilasi
Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan ventrikel sehingga darah terkumpul dan terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kososng sama sekali dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil.
Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endocardium

Hemorhagi
Perdarahan intra kranial atau intra cerebral termasuk perdarahan dalam ruang sub arachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosclerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam parenkhim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran, dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tetekan sehingga terjadi infark otak, oedema dan mungkin herniasi otak.
Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi :
Aneurysma Berry; biasanya defek kongenital
Aneurysma Fusiformis dari Artherosklerosis
Aneurysma Myocotik dari vasculitis nekrose dan emboli septis
Malformasi Arteriovenous; terjadi hubungan persambungan pembuluh darah arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena
Ruptur arteriol cerebral; akibat hypertensi yang menimbulkan penebalan dan degenerasi pembuluh darah.
Hypoksia Umum
Hipotensi yang parah
Cardiac pulmonary arrest
Cardiac output turun akibat aritmia
Hipoksia Setempat
Spasme arteri cerebral yang disertai perdarahan sub Arachnoid
Vasokontriksi arteri otak disertai saki kepala migrain.

FAKTOR RESIKO STROKE  
Penggolongan faktor risiko stroke didasarkan pada dapat atau tidaknya resiko tersebut ditanggulangi atau diubah  : 
I. Faktor resiko yang tak dapat diubah atau dicegah/dimodifikasi 
II. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi  
III. Faktor resiko yang sangat dapat dimodifikasi 

Keterangan :
  1. faktor resiko yang tidak dapat  dapat diubah
    1. umur : Semakin bertambahnya usia menjadi faktor predisposisi, karena semakin bertambah usia maka elastisitas pembuluh darah semakin berkurang, akibatnya pembuluk darah mudah pecah, hal ini juga terjadi pada pembuluh darah otak
    2. jenis kelamin : beberapa penelitian  menyebutkan laki-laki memiliki resiko lebih besar dari pada wanita hal ini dipengaruhi oleh stress dan aktivitas.
    3. ras :  pada ras tertentu angka kejadian stroke lebih tinggi dibanding ras lain
    4. faktor keturunan : keturunan membawa gen termasuk pada kualitas dari pertahanan tubuh, gen dianggap sebagai faktor predisposisi
    5. kelainan pembuluh darah bawaan : kelainan darah dapat membawa dampak misalnya suplei darah yang berkurang, hal ini jika berlangsung terus menerus maka akan mengakibatkan stroke.

  1. faktor resiko yang dapat dimodifikasi
    1. hipertensi
    2. merokok
    3. diabetes
    4. penyakit jantung/atrial fibrilation
    5. peningkatan kadar kolesterol
    6. penyempitan pembuluh darah karotis
    7. gejala sickle sel
    8. penggunaan terapi hormon
    9. diet dan nutrisi
    10. latihan fisik
    11. kegemukan

  1. faktor resiko yang sangat dapat dimodifikasi
    1. metabolik sindrom
    2. penggunaan obat-obatan / drug abuse
    3. pemakaian obat –obat kontrasepsi
    4. gangguan pola tidur
    5. kenaikan lipoprotein
    6. peningkatan kekentalan dan pengendapan / hiperkoagulibility
    7. peradangan

Secara klinis perbedaan stroke iskemik dan hemoragik adalah sebagai berikut :

      GEJALA 
   HEMORAGIK 
   ISKEMIK 
Onset 
Sangat akut 
Subakut/akut 
Saat terjadinya 
Waktu aktif 
Tidak aktif 
Nyeri kepala 
Hebat 
Ringan/tidak ada 
Muntah pada awal 
Sering 
Tidak ada 
Kaku kuduk 
Jarang/biasa ada 
Tidak ada 
Kejang 
Biasa ada 
Tidak ada 
Kesadaran 
Biasa hilang 
Dapat hilang 

Phatofisiologi
Patofisiologi peningkatan tekanan intracranial, Peningkatan tekanan intracranial dikarakteristikkan dengan penambahan volume pada isi tengkorak. Peningkatan ini dipacu dengan adanya kerusakan atau kematian otak oleh 2 mekanisme :
 a. global hypoxic-ischemic injury sebagai konsekuen dari pengurangan cerebral perfusion pressure dan cerebral blood flow.
b. Mekanisme distorsi dan kompresi jaringan otak sebagai akibat efek dari massa intracranial.

Pemeriksaan Penunjang
1. Ct scan
CT Scan berguna untuk menentukan: 
  jenis patologi 
  lokasi lesi 
  ukuran lesi 
  menyingkirkan lesi non vaskuler 



  1. Angiografi Cerebral
Angiografi cerebral digunakan untuk mendeteksi adanya kelainan pada system predaran darah dari otak, setiap perdarahanyang terjadi akan terdeteksi melalui pencitraan ini.



  1. Lumbal Pungsi
Lumbal pungsi dapat digunakan untuk memeriksa tekanan cairan serebrospinal, penyebab peradangan yang terjadi pada otak, medulla spinalis dan daerah batang otak.


 

PENGKAJIAN NEUROLOGI

A.    PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang status kesehatan klien yang menyeluruh mengenai fisik, psikologis, sosial budaya, spiritual, kognitif, tingkat perkembangan, status ekonomi, kemampuan fungsi dan gaya hidup klien. (Marilynn E. Doenges et al, 1998)
1)          Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.
2)          Keluhan utama
Keluhan yang didapatkan adalah gangguan motorik kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi. (Jusuf Misbach, 1999). nyeri kepala, gangguan sensorik, kejang, gangguan kesadaran.
3)          Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke infark biasanya didahului dengan serangan awal yang tidak disadari oleh pasien, biasanya ditemukan gejala awal sering kesemutan, rasa lemah pada salah satu anggota gerak. Pada Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain. (Siti Rochani, 2000)
4)          Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan. (Donna D. Ignativicius, 1995).
5)          Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus. (Hendro Susilo, 2000)

6)          Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga.(Harsono, 1996)
7)           Pola-pola fungsi kesehatan
a)     Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat kontrasepsi oral.
b)     Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual muntah pada fase akut.
c)     Pola eliminasi
Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.
d)     Pola aktivitas dan latihan
Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau paralise/ hemiplegi, mudah lelah
e)     Pola tidur dan istirahat
Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang otot/nyeri otot
f)      Pola hubungan dan peran
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.
g)     Pola persepsi dan konsep diri
Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak kooperatif.
h)     Pola sensori dan kognitif
Pada pola sensori klien mengalami gangguan penglihatan/kekaburan pandangan, perabaan/sentuhan menurun pada muka dan ekstremitas yang sakit. Pada pola kognitif biasanya terjadi penurunan memori dan proses berpikir.
i)      Pola reproduksi seksual
Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari beberapa pengobatan stroke, seperti obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis histamin.
j)      Pola penanggulangan stress
Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi.
k)     Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang tidak stabil, kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh. (Marilynn E. Doenges, 2000)
8)      Pemeriksaan fisik
a)  Keadaan umum
1)     Kesadaran : umumnya mengelami penurunan kesadaran
2)     Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara
3)     Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi
b)     Pemeriksaan integumen
1)     Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena klien stroke hemoragik harus bed rest 2-3 minggu
2)     Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
3)     Rambut : umumnya tidak ada kelainan
c)     Pemeriksaan kepala dan leher
1)     Kepala : bentuk normocephalik
2)     Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi
3)     Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998)
d)     Pemeriksaan dada
 Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan.
e)     Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang terdapat kembung.
f)        Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
        Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine
g)       Pemeriksaan ekstremitas
 Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
h)       Pemeriksaan Neurologi
Pengkajian neurolgi mencakup  pengkajian status mental, tingkat kesadaran, fungsi syaraf kranial, fungsi motorik, fungsi sensorik, reflek, koordinasi dan gaya berjalan.
1)         Pemeriksaan Status mental, meliputi :
(1)  Mengevaluasi kemampuan penderita untuk memberi alasan, membuat abstrak, rencana dan penilaian
(2)  Perubahan tingkah laku dan kepribadian dapat menyertai disfungsi otak organik sehinngga perubahan itu perlu dikaji
(3)  Kaji status sosial ekonomi, etnis dan status pendidikan.
a.      Menyebutkan lima nama negara
b.     Mengingat kejadian lampau
c.      Mengingat 6 angka kedepan 4 angka ke belakang
(4)  Penampilan fisik dan perilaku
a.      Postur dan pergerakan
·       Observasi gaya berjalan pasien, Observasi kemampuan pasien untuk menunggu dgn sabar.Catat jika postur pasien pada keadaan relaksasi, merosot ataupun kaku.Observasi pergerakan pasien untuk kontrol dan kesimetrisannya.
·        Normal nya Penampilan pasien rileks ,Postur  tegak, Gaya berjalan normal, Pergerakan tubuh simetris
·       Abnormal akan ditemukan :Gelisah, tegang, cara berjalalan tidak normal, Postur yang merosot/jatuh dgn berat, gaya berjalan lambat, kontak mata kurang, & respon lambat, Membungkuk, menekuk, & postur kaku, leher terkulai, perubahan bentuk spinal, & denyutan urat saraf yg tdk dpat dikendalikan.

b.     Pakaian, perawatan & personal hyegiene
·       Catat penampilan berpakaian pasien, khusunya : kebersihan, kondisi, sesuai umur, sesuai cuaca, & sesuai dengan sosialekonominya. Observasi perawatan diri pasien (rambut, kulit, kuku, gigi) untuk adekuatnya, kesimetrisannya, baunya
·       Normalnya akan ditemukan Pasien tampak bersih, Perawatan baik, Menggunakan pakaian yang sesuai.
·       Abnormal akan ditemukan : Personal hygiene kurang mis ; rambut kusut, tubuh berbau, & pakaian yang dipakai tdk sesuai.Perhatian berlebihan & perawatan yg sangat teliti pada pakaian & perawatan, Tampak ada perbedaan antara sisi yg satu dgn yg lain dalam perawatan & berpakaian.
c.      Ekspresi wajah
·       Observasi kesesuaian, variasi, dan kesimetrisan ekspresi wajah.
·       Ekspresi wajah sesuai dengan isi pembicaraan & wajah simetris.
·       Abnormal akan ditemukan : ekspresi wajah tdk bisa berubah, pergerakan wajah asimetris
2)         Pemeriksaan Tingkat kesadaran : GCS : glasgow coma scale
1.     Membuka mata
        Secara spontan                        4
        Rangsangan suara                   3
        Rangsang nyeri                       2
        No respon                               1
2.     Verbal
        Respon verbal tepat                                        5
        Percakapan membingungkan                         4
        Kata-kata membentuk respon tidak tepat      3
        Respon suara tak bermakna /mengerang       2
        Tidak ada respon                                            1

3.     Motorik
        Melakukan perintah dg benar                        6
        Mengenali nyeri lokal                                                5
        Menarik diri dari rangsang nyeri                   4
        Fleksi                                                              3
        Ekstensi                                                          2
        Tak ada respon                                               1

3)         Fungsi serebral
(a)          Fungsi serebelum
Periksa cara berjalan, koordinasi telunjuk-hidung, nistagmus, dan disdiadokokinesis
(b)          Fungsi ekstrapiramidal
Periksa cara berjalan. tonus. cari adanya tremor, bradikinesia dan gerak distonik.
(c)          Lobus temporal
Periksa ingatan dan pemahaman bahasa, tuli,.
(d)          Lobus parietal
Periksa pengenalan benda, tugas-tugas seperti berpakaian, menggunakan sikat gigi, menulis, membaca. dan aritmatika. Disorientasi,
(e)          Lobus oksipital
Periksa ketajaman penglihatan dan lapang pandang (catatan pada kebutaan oksipital, maka refleks cahaya pada pupil akan utuh).
(f)           Lobus frontal
Periksa fungsi mental luhur, sensasi penghidu. afek, refleks primitif (menggenggam, mencucu. refleks palmo-mental) Adakah disinhibisi dan/atau perubahan kepribadian, gangguan penilaian, penampilan dan kebersihan, gangguan afek, proses berpikir, fungsi motorik.

4)         Fungsi bahasa dan bicara
Catat kualitas suara, termasuk volume dan nada. Kaji artikulasi , kelancaran, dan tempo bicara . Anjurkan pasien untuk mengulang kata dan kalimat setelah anda menyebutkan nama objek. Catat kemampuan pasien melaksanakan  perintah selama pengkajian. Instruksikan pasien untuk menuliskan nama, ulang tahun, dan contoh kalimat yang anda sebutkan.
(a)          Disartria
Merupakan gangguan artikulasi, irama bicara akibat kelemahan otot bicara. Dpat disebabkan oleh amiotropik lateral, paralisis psedobulbuler, MG, adanya iskemik pada nukleus motorik dari CN X dan CN XII
(b)          Disfonia
Gangguan vokalisasi sehingga terdengar parau, adanya lesi pada CN X
(c)Afasia

Terbagi dalam beberapa kelainan yaitu :
AFASIA
PATOFISIOLOGI
EKSPRESI
KARAKTERISTIK
Broca’s aphasia
Lesi motor korteks, area Broca
Ekspresi tidak fasih
Bicara lambat dan terputus-putus, pasien sulit untuk memilih dan mengatur kata. Nama, kata, dan pengulangan frase, menulis mengalami ganguan. Sukar untuk dimengerti secara komprehensif.
Wernicke’s aphasia
Lesi hemisfer kiri di area Wernicke
Reseptif fasih
Kerusakan pendengaran secara komprensif yang menjadi isi pembicaraan. Pasien tidak peduli dengan defisit yang ada. Penamaan mengalami kerusakan yang parah
Anomic aphasia
Lesi hemisfer kiri di area Wernicke
Amnesik fasih
Pasien tidak mampu menandai objek atau tempat.
Conduction aphasia
Lesi pada fasiculus arcuate, yang mana menyambung dan mengirim pesan antara area Broca dan Wernickes
Sentral fasih

Pasien sulit mengulang kata, mengganti bunyi kata tertentu dengan kata yang lain (mis : dork diganti fork).

Global aphasia
Lesi pada area frontal temporal
Campuran fasih
Lisan dan tulisan mengalami kerusakan yang parah : nama, pengulangan kata atau frase.
Transcortical sensori aphasia
Lesi pada perifer Broca dan area Wernickes
Fasih
Kerusakan dalam penamaan dan menulis.
Pengulangan kata dan kalimat lengkap.
Transcortical motor aphasia
Lesi pada anterior, superior atau lateral area Broca.
Tidak fasih
Lengkap secara keseluruhan. Penamaan dan kemampuan untuk menulis rusak. Pengulangan kata dan kalimat lengkap


5)         Pemeriksaan Syaraf Kranial
I Olfaktorius
·       Periksa sensasi penghidu di kedua lubang hidung. kelainan Anosmia
II Optikus
·       Periksa ketajaman penglihatan. Dengan tabel snellen, hitung jari, gerakan tangan, ransangan cahaya. Penglihatan dekat dengan membaca buku
·       Periksa lapang pandang, cari bintik buta. Dengan alat kampimetri/perimetri, pasien & pemeriksa duduk/berdiri berhadapan jarak 60 – 100 cm, pasien menutup satu mata dan pemeriksa juga menutup satu mata yang berlawanan dengan mata pasien yang ditutup, pemeriksa menggerakkan tangan dari arah luar lapang pandang atas, bawah dan kedua sisi.
·       Periksa pupil dan periksa reaksi cahaya langsung dan tak langsung (konsensuil) serta akomodasi. Periksa dengan oftalmoskop.

                         
III, IV, VI Okulomotorius, troklearis, dan abdusens
o   Cari adanya ptosis (sebelah atau kedua kelopak mata menutup).
o   Periksa gerak bola mata dan cari nistagmus. Tanyakan adanya penglihatan ganda.
V Trigeminus
  • Periksa sensasi wajah terhadap raba halus; dan tusuk jarum.
  • Periksa kekuatan otot pengunyah dan temporalis (”geretakkan gigi, buka mulut,  dan lawan gerakan saya menutup mulut Anda”).
  • Tes refleks kornea : Sentuh kornea dengan kapas, lihat kedipan secara refleks dan rasa nyeri yang timbul (N V & NVII)
  • Tes ketuk rahang. :   Letakkan jari telunjuk diatas dagu pasien secara horizontal, mulut pasien sedikit terbuka lalu telunjuk diketok dengan palu. Normal timbul elevasi rahang.

VII Fasialis
§ Periksa otot-otot ekspresi wajah ("angkat alls", "tutup mata kuat-kuat", "tunjukkan gigi"). Observasi wajah pasien waktu diam, tertawa, meringis, bersiul, menutup mata. Minta pasien mengerutkan dahi, menutup mata kuat2, menggembungkan pipi, memperlihatkan gigi, tersenyum.
Normal : Simetris pada semua gerakan kanan/kiri
§ Sensorik pengecapan
   Untuk lidah 2/3 depan rasa manis, asam, asin
·       Paresis N VII perifer : separuh muka kurang setiap gerakan.
·       Paresis N VII sentral : bila otot wajah bagian bawah terkena, otot dahi normal.
  •  
VIII Vestibulokoklearis
  • Tes pendengaran.
  • Lakukan tes Rinne (letakkan garpu tala yang bergetar dengan frekuensi 512 Hz pada prosesus mastoideus dan bandingkan kerasnya suara dengan suara pada jarak beberapa centimeter dari meatus auditorius eksternus. Pada telinga normal, konduksi udara [air conduction. AC] lebih baik daripada konduksi tulang [bone conduction. EC}. Jika BC > AC berarti terdapat tuli konduktif. Gangguan pendengaran dengan AC > BC menunjukkan tuli sensorineural).
  • Lakukan tes Weber (letakkan garpu tala yang bergetar dengan frekuensi 512 Hz di bagian tengah kening dan tanyakan pada pasien ke sisi mana penjalaran suara. Pada telinga normal suara terdengar di tengah: pada tuli konduktif ke arah telinga yang sakit. dan pada tuli sensorineural pada  telinga yang sehat).
  • Tes keseimbangan (berdiri dengan mata tertutup, berjalan sepanjang garis lurus).
IX, X Vagus dan glosofaringeus
  • Periksa gerak palatum.
  • Periksa refleks muntah dan batuk.
XI Aksesorius
  • Periksa kekuatan otot sternomastoideus dan mengangkat bahu
XII Hipoglosus
  • Periksa lidah untuk mencari pengecilan otot, fasikulasi, dan uji kekuatan, Periksa lidah saat istirahat. julurkan ke luar. kemudian gerakkan dari sisi ke sisi.

6)         Pemeriksaan Fungsi Motorik
a.      Koordinasi dan gaya berjalan
·       Minta pasien berjalan pada garis lurus dengan tumit ditempelkan ujung jari yang lain
·       Memukulkan telapak tangan dan punggung tangan secara bergantian
·       Gangguan serebral menyebabkan gerakan ini menjadi lambat
·       Gaya berjalan dapat diamati dengan perhatikan ayunan lengan, perhatikan adanya hemiplegic, rigiditas, hilangnya koordinasi, tremor, apraksia (lambat, diseret, kesukaran mengangkat kaki.
b.     Tonus dan kekuatan otot
·       Upper motor neuron : akan meningkatkan tonus otot
·       Lower motor neuron  akan menurunkan tonud otot
·       harus diperhatikan apakah ada tanda kelemahan, fasikulasi atau kontraktur
·       Kekuatan otot dapat diperiksa dengan membandingkan tangan satu dengan tangan lainnya
·       Periksa adanya gerakan involunter, tremor, korea, hemibalisme

7)         Pemeriksaan Fungsi sensorik
Sistem sensorik memegang peranan penting  dalam penghantaran informasi ke saraf sentral mengenai lingkungan sekitarnya:
a.      sensasi taktil superfisial : sensasi raba, nyeri, suhu
b.     indra proprioseptik merupakan sensasi pergerakan dan posisi
c.      sensasi getar
d.     fungsi sensorik kortikal


Daftar Pustaka

1.     Black, JM., Matassin E. (2002). Medical Surgical Nursing, Clinical Management for Continuity of Care. JB. Lipincott.co

2.     Bullock, Barbara (2000). Focus on pathophysiology. Philadelphia

3.     Colmer, MR. (1995). respiratory surgery for nurses. 16th ed. Livingstone

4.     Doenges, Marylinn E. (2002). Nursing care plan: guidelines for Planning and documenting patient care. 3rd ed. FA. Davis

5.     Groah, Linda K. (1996). Preoperative nursing 3rd ed. Appleton & Lange, Connecticut

6.     Patton D, et.al. Textbook of Physiology (vol 1 and 2) 21st ed. WB Saunders Company. Philadelphia.

7.     Procolla LeMode, Kaven M. Burke (1996). Medical surgical nursing. Addison Wesley. New York